andronezia.com – Dahi Berkerut dan Rambut Putih, Calon Presiden Selanjutnya – Pernyataan Presiden tentang calon presiden, Presiden Jokowi akan mendukung Presiden Jokowi, bahwa calon presiden berwajah cemberut dan berambut putih telah memicu spekulasi tentang dukungan Presiden Jokowi.
Presiden pertama secara eksplisit mendukung Prabhao sebagai calon presiden dan mengatakan sekarang giliran Pak Prabhao.
Ia kini dicurigai sebagai sinyal dukungan Presiden Jokowi kepada Jangar Pranow, dengan mengatakan bahwa calon presiden tersebut adalah yang berambut cemberut dan beruban.
“Potensi pemimpin bisa dikenali dari wajahnya, yaitu orang yang bermuka cemberut dan berambut putih karena memikirkan rakyatnya,” kata Presiden Jokowi.
Sontak pernyataan ini mendapat dukungan Presiden Jokowi untuk Ganjar Pranowo karena hanya Ganjar Pranowo yang berambut putih dengan dahi berkerut.
Dihadapkan pula dengan kening berkerut dan rambut beruban, Presiden Jokowi menjelaskan bahwa dirinya sudah dua kali menjabat sebagai walikota, satu kali sebagai gubernur, dan kini dua kali sebagai presiden.
Menanggapi pernyataan tersebut, politisi Gerindra Andre Roseide dalam perbincangan dengan TV Swasta mengatakan bahwa komentar Presiden Jokowi masih tepat dan partainya masih fokus pada masa jabatan Prabowo sebagai menteri pertahanan.
“Pak Prabowo masih fokus pada tugasnya sebagai Menhan, bagaimana menjaga pertahanan yang kuat,” kata Andre.
Pihaknya melihat apa yang Jokowi anggap wajar dan normal. Karena tentunya setiap pemimpin ingin kebijakannya tetap berjalan.
Namun, menurut pengamat politik Ray Rangkuti, komentar Presiden Jokowi dinilai cabul terkait satu nama, Ganjar Pranovo. “Ada kalanya presiden ikut kampanye, tapi sekarang terlalu dini dan banal,” kata Ray.
Menurut Ray yang melunakkan dua putusan dua kali Presiden Jokowi Prabowo dan Ganjar Pranowo itu, sepertinya menjadi pertanda bagi keduanya untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
“Tapi kalau tujuannya satu putaran, Ganjar jadi presiden dan Prabho wakilnya, tapi kalau sebaliknya, akan sulit melawan Anees,” kata Ray.
Lay mengatakan, Presiden Jokowi tidak meninggalkan Anees Baswedan karena dianggap ada kelompok yang mengubah kebijakannya, khususnya terkait pengembangan IKN.
“Bagaimana saya bisa mendukung Anise? Pendukungnya juga tidak mendukung kelanjutan pengembangan IKN,” tambah Ray. **Diddy**